jump to navigation

Meremehkan Shalat Menurut Muthahhari Rabu, 21 Oktober, 2009

Posted by Quito Riantori in Artikel, Bilik Renungan, Tasawwuf.
trackback

1348_blog

Ummu Hamidah bercerita kepada Abu Bashir bahwa menjelang wafat, Imam al-Shadiq as memanggil keluarga dan kerabatnya. Setelah semua berkumpul dan duduk di sisinya, Imam membuka mata, memandangi mereka, lalu berkata, “Syafaat kami tidak akan pernah sampai kepada orang yang meremehkan shalat.”
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Imam menghadap Kekasih Agung. Imam tidak mengatakan, “Syafaatku tidak akan sampai kepada orang yang meninggalkan shalat.”

Kita tentu menyadari apa maksud dan tujuan wasiatnya itu. Jadi, apa maksud meremehkan shalat dan siapakah orang yang disebut meremehkan shalat?

Orang disebut meremehkan shalat ketika ia punya waktu cukup untuk mengerjakan shalat dengan baik dan tumakninah tetapi la tidak mengerjakannya. Dia tidak shalat Zuhur atau Asar kecuali setelah matahari hampir terbenam, lalu buru-buru berwudu dan tergesa-gesa shalat, tidak mengerjakan sunah-sunah shalat, tidak tumakninah, terlebih lagi khusyuk. Apakah shalatnya layak disebut shalat? Shalat seperti ini jelas sangat tidak memadai.

Orang yang mau shalat dengan sungguh-sungguh, ia akan bersiap-siap menyambut kedatangannya. Setelah masuk waktu zuhur, misalnya, la berwudu dengan tenang sesuai aturan, lalu berdiri di tempat shalat, lalu azan dan iqamah dengan tenang dan khusyuk. Lalu, ia memulai shalat dengan tumakninah dan menjaganya hingga salam. Setelah itu, la tidak langsung berdiri tetapi berdiam di tempat, membaca wirid, dan berzikir kepada Allah.

Uraian di atas menegaskan nilai penting shalat, terlebih lagi jika dilakukan di rumah bersama keluarga. Sebab, berdasarkan pengalaman, anak-anak tidak akan shalat jika orang dewasa yang tinggal serumah meremehkan shalat. Misalnya, shalat Subuh baru dikerjakan setelah matahari terbit, shalat Asar menjelang Magrib, Isya molor hingga empat jam. Tak hanya molor, ia pun mengerjakannya secara tergesa-gesa.

Oleh Karena itu, kita tidak boleh meremehkan atau menyepelekan urusan shalat, atau merasa cukup hanya mengerjakan wajib shalat, lalu mencari dalih untuk meninggalkan sunah dengan meminta fatwa bagaimana hukum tasbih yang empat, apakah tidak cukup tiga ataukah cukup satu saja.

Dan, orang yang dimintai fatwa pasti akan menjawab, satu pun cukup, tetapi untuk lebih hati-hati, mestinya dibaca tiga kali. Setelah itu, ia membaca tasbih hanya satu kali seraya mengatakan bahwa perbuatannya itu didukung oleh fatwa yang didasarkan atas sumber yang dapat dipercaya.

Sikap seperti ini berarti ‘lari’ dari shalat. Kita harus berpikir lebih bijak. jika mufti mengatakan satu saja cukup, dan selebihnya sunah, kita tetap harus mengerjakan yang sunah jika masih ada waktu. *)

___________________

*) Murtadha Muthahhari, Thaharat al-Ruh, Mu’assasat al-Tarikh al-‘Arabi.Energi Salat, hlm. 105-107, Penerbit Serambi, 2007.

Sudahkah kita shalat seperti apa yang gambarkan di atas oleh al-Syahid Murtadha Muthahhari?

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,” (QS al-Baqarah :45)
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang (shalatnya) ingin dilihat orang, dan enggan (memberikan) barang berguna .” (QS al-Ma’un [107]:4-7)

Komentar»

1. mE - Rabu, 21 Oktober, 2009

assalamualaikum wbt

Alhamdulillah and terima kasih for the post. Moga dapat menjadi salah satu panduan hidup.cuma nak tanya:

Boleh briefly bagitau latar belakang siapa Imam al-Shadiq?yang saya tahu beliau keturunan Fatimah Az-Zahra dan Saidina Ali.dan syafaat kami, maksudnya syafaat dari beliau?

dan molor tu apa maksudnya?

terima kasih.

saya yang sedang menambahkan ilmu pengetahuan

Quito Riantori - Kamis, 22 Oktober, 2009

@mE
Imam Ja’far al-Shadiq as adalah putra Imam Muhammad al-Baqir as, putra Imam Ali Zainal ‘Abidin, putra Imam Husayn, putra Imam Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fathimah al-Zahra as!
Molor = Terlambat

2. wijaya - Kamis, 22 Oktober, 2009

waduh .. gue sholatnya masih blentang blentong neh ..
wew . trims yah udah diingetin nih tulisannya ..

3. nita - Kamis, 22 Oktober, 2009

terima kasih banyak… bermanfaat banget tuh…

4. GANDUNG - Jumat, 23 Oktober, 2009

adoow…. rasa-rasa kena tampar nih.
thanks ya Pak, jadi bersemangat lagi, ngebayangin kalau gak dapet syafaat, uff…. sementara dosa berlipat-lipat. Syafaat kan ada syaratnya juga ya pak.

5. Ko'i - Selasa, 27 Oktober, 2009

seandainya iman itu tetap tenang….Tuhan tunjukan kami jalan yang lurus..

6. umi - Rabu, 28 Oktober, 2009

Saya sangat bersyukur di jaman yang sudah carut marut seperti sekarang ini kita masih dapat menemukan mutiara yang selalu dipendamkan oleh orang orang yang selalu berusaha menutupi kebenaran dengan kebatilan yang menyilaukan yang sekarang ini di eksploitasi dengan fulgar di media elektronik . semoga generasi muda kita selalu mendapatkan mutiara hikmah seperti yang ihwan sampaikan. ini penting sekali, kita tunggu selalu tulisan tulisan ihwan yang lain. masykur

7. kak mimin - Rabu, 28 Oktober, 2009

syafaat hanya itu yang mampu mengantarkan kita ke syurga yang dijanjikan Allah pada kita. tanpa syafaat beliau kita tidak akan pernah dapat tinggal di syurga. boro boro tinggal ngicipi saja tidak akan pernah.Dan tiket syafaat itu bersyarat anatra lain seperti yang disampaikan pada tulisan diatas. Terima kasih pada penulis insya allah tulisan tulisan anda akan menjadi penyejuk dahaga di panasnya bumi ini di era globalisasi yang semakin menyengat ini.

8. @ffahlevi - Kamis, 5 November, 2009

Assalaamu’alaykum Pak,
mohon ijin menyebarluaskan artikel di blog ini. semoga bermanfaat untuk saudara2 lainnya.

Mohon balasannya.

Makasi,
Wassalaamu’alaykum

Quito Riantori - Kamis, 5 November, 2009

@ffahlevi
Silahkan…

9. zurin - Jumat, 6 November, 2009

salam…

sy ada satu pertanyaan… pertanyaan sy adalah, kenapa di dlm solat jenazah tidak ada bacaan surah Al fatihah spt solat-solat yg lain..?

10. SYAHFRUNI - Minggu, 15 November, 2009

insya ALLAH sy rubah hidup ini yg leebih baik dari yg kemarin

11. ita - Sabtu, 29 Mei, 2010

malu… kena sindir nih..
maluuu pisan 😦


Tinggalkan komentar