jump to navigation

CULT bagian ke 6 Rabu, 6 Agustus, 2014

Posted by Quito Riantori in About Wahabism-Salafism.
trackback

KENALI KARAKTERISTIKNYA! Itu yg penting! Jika kita melihat Al-Qaeda atau ISIS sebagai gerakan internasionalis atau gerakan “Islam” yg ingin menguasai dunia, berikut sepak terjangnya yg mengerikan, maka yg paling penting adalah mengenal karakteristik dari gerakan tsb.

Banyak org yg memusuhi suatu gerakan, tapi yg mrk kenal cuma namanya, akibatnya jika gerakan tsb mengganti namanya, mrk tdk tahu dan lengah. Kebodohan spt ini bukan isapan jempol, tapi suatu realitas.

Misal saja kita menyebut ISIS sbg kelompok takfiri, tapi kita sendiri tdk tahu apa itu “takfiri”. Yg kita tahu bisa saja cuma : org yg suka mengkafirkan org lain yg berbeda paham, akidah dan pemikiran darinya.

Iya, definisi tsb benar adanya, tapi itu saya katakan sbg takfiri “aktif” atau terbuka. Pdhal ada juga takfiri yg dlm bentuk “pasif” atau tdk terbuka, atau tdk terang2an. Baik yg aktif maupun yg pasif keduanya sama2 takfiri dan tdk dibenarkan oleh Islam!

Di dlm beberapa hadis Syiah yg lemah bhkan palsu, ada bunyi suatu hadis yg kurang lebih menyebutkan : “Barangsiapa yg tdk berwilayah kpd wilayah Ali as dan keturunannya, maka dia tdk akan masuk surga.” Bahkan ada yg menyebutkan sbg “kafir”.
Hadis spt ini sama dg menyatakan bhw mrk yg tdk Syiah berarti kafir dan ini juga bentuk dari takfirisme!

Murtadha Muthahhari di dlm salah satu karya Magnum Opusnya, “Keadilan Ilahi”, menyebutkan bhw ada sahabat Imam Ja’far al-Shadiq as yg punya pandangan yg sama dg kaum Khawarij. Sahabat Imam tsb menganggap bhw org non Syiah yg sdg bertawaf itu tdk diterima amalnya, krn mrk tdk berwali kpd Ahlulbayt. Dg tegas Imam Ja’far as menyebut sahabatnya masih berakidah spt org Khawarij, dan kita tahu bhw yg paling pertama mencetuskan ideologi takfirisme adalah kaum Khawarij!

—————————————————————–

CULT bagian ke 5

Banyak org yg bertanya2 : “Mengapa PKS yg mengaku partai Islam kok terbiasa menyebar fitnah dan berita2 bohong?”

Ini bukan hal yg aneh, karena dasar2 akidah dan pemikiran PKS sama dg NII atau DI/TII. Dari pengalaman saya dua tahun menjadi anggota NII, saya mengetahui dan melihat sendiri prilaku anggota NII sama persis dg org2 PKS, yaitu : menghalalkan segala cara! Mereka, baik NII maupun PKS meyakini bhw org2 selain mereka (PKS) adalah org2 kafir, karena itu mrk boleh diperlakukan sekehendak hati termasuk dirampok atau dibunuh.

Keyakinan ini sama persis dg org2 NII. Pernah suatu waktu, ketika kami (org2 NII) kumpul, salah seorg dari kami bercerita bhw dia dan kawan2 NII lainnya baru melakukan “fai” (merampok tanpa perlawanan dari musuh). Apa bentuk fai mrk?
Mrk menguras habis ikan milik tetangganya yg berada di empang/balong dg memakai jaring.
Saya terkejut. Perbuatan spt ini rupanya juga pernah dilakukan oleh santri sebuah pesantren di Pekalongan. Anak dari teman saya menceritakan bgmn dia dan teman2nya sering “menilep” brg2 di mini market dan tertangkap tangan. Ayahnya (teman saya itu) akhirnya menarik anaknya dr pesantren tsb. Yg menarik, walaupun akidah mrk berbeda (Sunni & Syiah) tapi alasan/hujjah/argumen mrk sama, yaitu : boleh merampas brg milik org kafir.
Pesan saya : Hati2 dalam mempelajari agama. Bgmn pun, akal dan nalar Anda hrs Anda gunakan utk bersikap kritis thd ajaran2 yg tdk sesuai dg akal dan hati nurani!
—————————————————————–
CULT bagian ke 4

Dari sekian bnyk ajaran Islam Ekstrim yg paling dominan dicekoki kpd pengikut NII atau DI/TII adalah ajaran JIHAD.

Setelah proses 3 hari 3 malam brain wasing yg menghasilkan “robot” yg siap mati syahid, para pengikut cult dibagi menjadi kelompok2 yg satu dg lainnya tdk terhubung. Hubungan mrk satu dg lainnya hanya diketahui dan dicatat oleh pimpinan2 di BMW (ingat bagian sebelum ini)
Masing2 kelompok terdiri dari 12 org yg disebut sbg shaff2 yg dibentuk menjadi Usrah atau keluarga.

Banyak ajaran/doktrin2 menarik yg masih saya ingat, antara lain : melakukan syahadat atau mengucapkan syahadat dg benar dan sadar. Ustad atau muadib (pendidik) bukan murabbi spt di PKS akan mendidik (adabiyyah) bkn mengajar (tarbiyyah) para pengikut cult ini utk memahami konsep syahadat yg benar. Mereka, para muadib ini mengatakan bhw sebenarnya umat Islam di Indonesia ini masih kafir jahiliyyah, belum menjadi muslim. Apa pasalnya? Karena mrk belum bersyahadat! Lalu ada yg protes : Lho setiap kami shalat khan kami bersyahadat!
Muadib menjawab : Mana yg lbh dulu rukunnya dlm rukun Islam, shalat atau membaca syahadat?
Serentak pengikutnya berujar : membaca syahadat!
Muadib : Kalian baca syahadat dlm shalat, bukan baca syahadat dulu baru shalat, iya khan?
Pengikut : Iya!
Muadib : Itu berarti, kalian shalat sebelum kalian menjadi muslim yg sdh bersyahadat.
Pengikut : (bengong, sambil mengangguk2 membenarkan)

Maka pd saat itu pula dilakukan membaca syahadat spt seorg muallaf dlm proses masuk Islam dg duduk bersila berhadapan dg muadib, bersalaman (spt org melakukan baiat) lalu kita dituntun utk mengucapkan dua kalimat syahadat.
——————————————————————
FANATIK KPD TOKOH/USTAD – BERAGAMA TANPA NALAR & KESADARAN KRITIS

“From fanaticism to barbarism is only one step.”
― Denis Diderot, Essai sur le mérite et la vertu

Dari fanatisme ke barbarisme cuma tinggal satu langkah lagi! Fanatisme cenderung mendorong penganutnya melakukan kekerasan, apakah itu kekerasan fisik atau kekerasan verbal dan apa yang sedang terjadi di Indonesia saat ini sudah mengarah kepada bentuk2 fanatisme thd tokoh, yaitu calon presiden yang mereka idolakan (berhalakan). Kampanye hitam berhamburan di media elektronik, cetak dan dunia maya. Fanatisme mengakibatkan mereka menjadi buta terhadap fakta2, data2 dan saksi2 yang diajukan lawannya dan berujung pada sikap gelap mata!

Seorang Muslim fanatik, seorang Kristen fanatik, seorang Yahudi fanatik, seorang sekuler fanatik, seorg ateis fanatik, seorang komunis fanatik – semuanya sama. Mereka berpikir, “Jika Anda tidak berpikir sama seperti aku, maka berarti Anda tidak berpihak padaku, itu artinya Anda melawanku.” Inilah bentuk fanatisme! Jika Anda tidak sependapat denganku maka Anda adalah musuhku!

Saya akan berikan sebuah contoh yang mengerikan dari sebuah bentuk fanatik kepada seorang tokoh agama.

Pada tahun 1978, sebuah sekte Kristen, Peoples Temple, yang dipimpin seorang pendeta kharismatik bernama Jim Jones melakukan sebuah ritus bunuh diri massal. Jim Jones, sang pendeta yang sangat diagung2kan para pengikutnya, mengajak jemaatnya untuk meminum Kool Aid dan Flavor Aid yg dicampur sianida dan 910 pengikutnya pun tewas, termasuk di antaranya 303 anak2. Bunuh diri massal ini dikenal sebagai pembantaian Jonestown (Jonestown Massacre).

Selain mengajak bunuh diri massal, Jim Jones juga melakukan kejahatan seksual (sodomi) terhadap pengikut2nya. ( http://en.wikipedia.org/wiki/Jim_Jones )

Hal yang hampir sama terjadi pada tokoh/pendeta kharismatik, David Koresh. (http://en.wikipedia.org/wiki/David_Koresh)

Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana bisa sekian banyak orang “terhipnotis” oleh kharisma sang pendeta atau seorang ustad?

Inilah akibat dari fanatisme terhadap seorang tokoh! Fanatik terhadap seorang tokoh, bisa jadi melibatkan seorang pendeta, pastur, ustad, habib, kyai, atau biksu, yang terkait dengan doktrin2 keagamaan. Fanatik terhadap tokoh atau ustad seperti ini terjadi dalam agama atau ideologi mana pun.

Apa yang terjadi di Rohingya (akibat seruan biksu Budha yang ekstrim) dan Suriah (akibat fatwa ulama ekstrim) juga bisa terjadi di mana pun, termasuk di Nusantara.

Sejarawan dan filosof Perancis terkenal, Voltaire mengatakan, “What can you say to a man who tells you he prefers obeying God rather than men, and that as a result he’s certain he’ll go to heaven if he cuts your throat?”

“Apa yg dapat Anda katakan kepada seorang pria yang mengatakan ia lebih suka mentaati Tuhan daripada manusia, dan bahwa sebagai hasilnya dia yakin dia akan masuk surga jika ia memotong tenggorokan Anda?”

Ini artinya, sekelompok orang sedemikian sangat fanatik terhadap pahamnya bisa disebabkan mereka menjadikan sebuah penafsiran atas teks-teks agama (Al-Quran, Hadis & fatwa2 ulama) seolah sama seperti yang Tuhan maksudkan atau mereka menganggap bahwa penafsiran mereka sajalah yang valid. Dan yang paling parah adalah menafsirkan teks2 agama sekehendak selera syahwat birahi (seperti yang dilakukan “ustad” Ahmad si Penjahat Kelamin dari Pekalongan)

Orang gila yang paling berbahaya adalah orang gila yang sakit akibat pemahaman agama yang ngawur, yang menjadikan agama hanya sebagai kedok untuk memenuhi keinginan2 duniawi dan syahwat birahi.

Di dalam sejarah manusia, fanatisme telah melahirkan lebih banyak kejahatan ketimbang sebab yang lain.

Fanatisme, kata Voltaire lagi, lebih banyak menyajikan kebrutalan dan kebengisan.

Seseorang yang sangat fanatik kpd tokoh pujaannya rela mati demi tokoh atau ustad pujaannya. Mata batinnya menjadi buta, bahkan ketika fakta2 dan data2 bahkan saksi kejahatan dibeberkan, mereka mengabaikan dan menganggap semua itu hanya isapan jempol belaka. Inilah yang disebut sebagai fanatik buta! Menyuruh orang lain untuk bersikap objektif, padahal mereka sendirilah yang tidak objektif!

Orang yang fanatik adalah orang yang tidak dapat mengubah pikirannya dan tidak akan mengubah suatu subjek atau dengan kata lain ngotot dengan pendapatnya sendiri.

Semua itu semata-mata akibat kebodohan dan tidak adanya kesadaran kritis di dalam diri penganut dan pengikutnya.

Kisah Nabi Ibrahim as dan umatnya yang menyembah berhala bisa menjadi contoh.

Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim” Mereka berkata: “(Kalau demikian) Bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan” Mereka bertanya: “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepadanya jika mereka dapat berbicara!” Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka..” (Qur’an Surah al-Anbiya’:58-64)

Al-Quran mengatakan dengan indahnya: “Faraja’uu ilaa anfusihim”, “maka mereka kembali kepada diri mereka sendiri!”, bahwa pada detik dan saat itu orang-orang yang berdebat dengan Ibrahim as menemukan kembali diri mereka sendiri!. (Murtadha Muthahhari, Haula al-Tsaurah al-Islamiyah, hal.3)

Yang dimaksud kalimat “menemukan kembali diri mereka sendiri” tersebut adalah mereka tersadarkan sejenak. Tetapi akibat fanatik buta kepada pendeta2 mereka, mereka mengubur kesadaran kritis yang pernah muncul dalam benak mereka dan ngotot menyalahkan Ibrahim as dan menghukum Ibrahim as untuk dibakar hidup2. Inilah akibat fanatik!

Sebuah ungkapan menyebutkan : “Nothing fools people as much as extreme passion”

Tidak ada orang2 bodoh sebanyak nafsu yang berlebihan. Ini bisa diartikan bahwa banyaknya orang-orang bodoh tidak lepas daripada nafsu mereka yang berlebihan yang mengubur nalar dan akal sehatnya.

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar